Selasa, Juni 16, 2009

Indonesia Kehilangan Seorang Putra Terbaik, In Memoriam DR. SUTRADARA GINTINGS

Sutradara Gintings

Jakarta 22 MARET 2009 (KATAKAMI) Kabar tentang wafatnya SUTRADARA GINTINGS, Anggota Komisi I DPR-RI dari Fraksi PDI Perjuangan, membuat airmata kami terus keluar setiap kali mengingat bagaimana keteladanan Almarhum semasa hidupnya sebagai seorang WAKIL RAKYAT.

Sepanjang 5 tahun terakhir, Komisi I DPR-RI adalah area peliputan kami dan gudangnya narasumber yang sangat berkompeten untuk bicara tentang masalah PERTAHANAN & KEAMANAN. Dan rata-rata dengan Anggota Komisi I DPR-RI ini, kami cukup dekat dan sangat bersahabat secara baik sekali. Perasaan kami sangat terpukul atas wafatnya SUTRADARA GINTINGS.

Dan selama hampir 5 tahun ini juga, SUTRADARA GINTINGS tidak pernah tidak menjawab semua telepon atau pesan singkat SMS. Almarhum juga sangat setia membaca tulisan-tulisan di KATAKAMI.COM sejak awal didirikan pada bulan Oktober 2008.

Hampir rata-rata, Anggota Komisi I DPR-RI sangat bersahaja dan memiliki tindak-tanduk yang sangat membumi. Mereka memahami tingginya tuntutan kerja para wartawan. Termasuk Almarhum SUTRADARA GINTINGS, beliau sosok yang sangat tegas tetapi kecerdasannya diatas rata-rata.

Setiap kali mengadakan Rapat Dengar Pendapat dengan JAJARAN POLHUKKAM, atau mengikuti rapat FIT AND PROPER TEST untuk posisi PANGLIMA TNI misalnya, SUTRADARA GINTINGS pasti datang lebih awal dan punya banyak referensi untuk menjadi rujukan informasi.

Jadwal rapat di Komisi I DPR-RI (setali tiga uang dengan jadwal rapat di Komisi III DPR-RI) biasanya marathon dari pagi sampai malam. Kalau sudah begitu, wartawan mesti “pintar-pintar” membagi waktu untuk mengisi perut pada jam makan siang misalnya.

Repotnya, kantin di sana relatif jauh jaraknya dari ruang rapat.

Saya biasanya mengakali situasi dan kondisi yang penuh “kendala” ini dengan menghampiri para Anggota Komisi I yang sangat dekat dengan saya.

Apalagi kalau bukan untuk meminta “jatah makan siang” mereka. Dan biasanya, kalau sudah diminta ransum makan siang pembagian untuk makan siang misalnya, tidak ada yang mengatakan “tidak boleh”.

Semua pasti membolehkan. Entah itu SUTRADARA GINTINGS, Ali Muchtar Ngabalin, Jeffrey Massie, Yorrys Raweyai dan yang lainnya. Mereka semua baik-baik. Bahkan yang lebih seru kalau misalnya harus liputan ke Komisi III dan bertemu dengan Panda Nababan. Sebab, ayah dari sahabat kami Putra Nababan (RCTI) ini lebih baik lagi.

Dan ada kenangan yang tak akan bisa terlupakan dari ALMARHUM SUTRADARA GINTINGS.

Yaitu saat Marsekal Djoko Suyanto akan mengikuti FIT AND PROPER TEST pada tahun 2006 lalu.

Jenderal Ryamizard Ryacudu

Jenderal Ryamizard Ryacudu

Setelah hampir selama 1,5 tahun dibuat “mengambang” terkait peluang Jenderal Ryamizard Ryacudu menjadi PANGLIMA TNI menggantikan Jenderal Endriartono Sutarto, akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memilih Marsekal Djoko Suyanto sebagai CALON PANGLIMA TNI.

PDI Perjuangan tetap konsisten pada keputusan KETUA UMUM PDIP Megawati Soekarnoputri untuk “menjagokan” Jenderal Ryamizard Ryacudu. Sehingga, saat mendekati hari FIT AND PROPER itu timbul semacam kekuatiran bahwa PDIP akan “boikot” pada saat Marsekal Djoko Suyanto menjalani Uji Kepatutan Dan Kelayakan.

Hanya beberapa hari sebelum pelaksanaan FIT AND PROPER TEST, saya bersedia untuk menjadi MEDIATOR yang bertugas menjembatani antara Marsekal Djoko Suyanto dengan Ibu Megawati Soekarnoputri & Jenderal Ryamizard Ryacudu. Kebetulan, saya mengenal dengan sangat baik kedua tokoh ini yaitu Ibu Megawati & Jenderal Ryamizard Ryacudu.

Saya ingat betul, pada suatu hari di awal tahun 2006 itu ada sebuah acara. Dan dalam acara itu tampil sebagai pembicara adalah Jenderal Ryamizard Ryacudu. Lalu Mas Taufiq Kiemas dan Ibu Megawati ikut menghadiri acara ini guna mendengarkan isi dari pemaparan Jenderal Ryamizard Ryacudu.

Marsekal Djoko Suyanto yang sudah saya anggap sebagai abang saya ini, meminta untuk dijembatani kepada Ibu Megawati dan Jenderal Ryamizard. Artinya, sekedar untuk “permisi”.

Sepanjang seminar itu berlangsung, otak saya berputar untuk mencari “kalimat pembuka” bila nanti berbicara soal Marsekal Djoko Suyanto.

Megawati Soekarnoputri

Megawati Soekarnoputri

Ketika itu, yang pertama kali saya lobi adalah Ibu Megawati. Saat beliau duduk sendiri, saya “merapat” ke arah beliau.

“Kamu kemana saja ” tanya Megawati kepada Pemimpin Redaksi KATAKAMI Mega Simarmata.

“Ada Bu. Bu … saya mohon izin menyampaikan sesuatu. Saya mendapat amanat untuk menyampaikan salam hormat kepada Ibu” kata Mega Simarmata kepada Ibu Megawati.

“Salam dari sopo ?” tanya beliau.

“Mohon izin Bu, saya mau menyampaikan salam dari Marsekal Djoko Suyanto, calon Panglima TNI yang diajukan Pemerintah” jawab Mega Simarmata.

“Kenapa kirim salam ?” tanya Ibu Megawati.

“Ya … Gak kenapa-kenapa Bu. Beliau hanya menitipkan pesan demikian, salam hormat untuk Ibu Mega. Sebab Bu, Ibu tetap Keluarga Besar TNI Angkatan Udara. Beliau bilang, ada ikatan kekeluargaan sesama anggota Keluarga TNI AU. Sehingga, atas dasar itu beliau menitipkan salam hormat” kata Mega Simarmata dengan suara yang sangat sopan dan berhati-hati.

Mantan suami pertama Ibu Megawati, Lettu Surendro Supriarso adalah Penerbang TNI AU yang gugur dalam tugas penerbangannya ke Biak tahun 1971. Dari pernikahan ini, Megawati dikaruniai 2 orang anak lelaki yaitu Muhammad Rizki Pratama dan Muhammad Prananda.

Ibu Megawati terdiam cukup lama mendengarkan penjelasan tadi.

Presiden Megawati didampingi Panglima TNI & Semua Ka-Staf Angkatan (KSAD Jend. Ryamizard duduk paling kanan)

Presiden Megawati didampingi Panglima TNI & Semua Ka-Staf Angkatan (KSAD Jend. Ryamizard duduk paling kanan)

Lalu tiba-tiba, Ibu Megawati mengatakan seperti ini,”Mega, kamu tahu bahwa saya ini Ketua Umum Partai PDI Perjuangan. Saya harus konsisten untuk tetap berpegang pada keputusan sebelumnya yaitu mendukung Jenderal Ryamizard Ryacudu. Kalau Pemerintah mengajukan nama lain ya silahkan. PDI Perjuangan tetap konsisten” kata Ibu Megawati.

“Saya mengerti Bu. Marsekal Djoko Suyanto tidak punya maksud lain kecuali hanya menyampaikan salam hormat. Dan yang ini bukan pesan dari Marsekal Djoko Suyanto tetapi dari saya pribadi, mohon perhatiannya Bu untuk nanti FIT AND PROPER TEST Calon Panglima TNI. Maksud saya, mohon restunya Bu. Seperti yang Marsekal Djoko Suyanto bilang, toh Ibu adalah Keluarga Besar TNI AU” lanjut Mega Simarmata.

Ketika itu, tugas saya belum selesai. Sebab masih harus berbicara dengan Jenderal Ryamizard Ryacudu. Tetapi kalau dengan Jenderal Ryamizard Ryacudu, saya tidak terlalu “nervous” atau gugup. Sebab, kedekatan saya dengan Jenderal Ryamizard Ryacudu & Ibu Nora (isterinya) sudah seperti keluarga.

Setelah acara selesai, saya menghampiri Jenderal Ryamizard.

“Ada apa Ga ?” tanya Jenderal Ryamizard.

“Gak papa Pak. Baik aja semua. Tapi ada yang titip salam Pak” kata Mega Simarmata kepada Jenderal Ryamizard.

“Siapa ?” tanya Jenderal Ryamizard.

Marsekal Djoko Suyanto

Marsekal Djoko Suyanto

“Marsekal Djoko Suyanto, calon Panglima TNI. Beliau titip salam hormat, untuk Ibu Megawati dan untuk Pak Mizard. Saya datang kesini untuk menyampaikan amanat beliau. Beliau tahu, kita dekat. Sehingga dari ketulusan hatinya, Marsekal Djoko Suyanto sungguh-sungguh mohon dukungan Pak Mizard. Begitu pesan beliau” kata Mega Simarmata kepada Jenderal Ryamizard.

“Gue gak ada masalah dengan Djoko. Baik aja. Sampaikan, saya mendukung seratus persen. Saya tidak sakit hati. Kamu hubungi dia, katakan bahwa saya mendukung dia naik sebagai Panglima TNI” jawab Jenderal Ryamizard.

“Nanti saya sampaikan Pak, pasti saya sampaikan. Dan beliau pasti senang” sahut Mega Simarmata.

Setelah selesai berbicara dengan Jenderal Ryamizard Ryacudu, saya menghubungi Marsekal Djoko Suyanto melalui telepon. Kami berbicara selama beberapa menit. Intinya, saya sampaikan bahwa salam beliau sudah diterima oleh Ibu Megawati dan Jenderal Ryamizard Ryacudu.

Peristiwa itu berkaitan dengan dengan ALMARHUM SUTRADARA GINTINGS.

Sebab, SUTRADARA GINTINGS adalah Ketua Fraksi PDIP di Komisi I DPR-RI. Sementara pelaksanaan FIT AND PROPER TEST Calon Panglima TNI, dilaksanakan di Komisi I DPR-RI.

Saya ingat betul, sebelum FIT AND PROPER TEST dimulai, saya mendekati SUTRADARA GINTINGS ke kursi tempat ia duduk di Ruang Rapat Komisi I. SUTRADARA GINTINGS biasanya duduk di barisan belakang.

“Bang, jangan galak-galak nanti bertanyanya ya Bang ke Marsekal Djoko” kata Mega Simarmata kepada SUTRADARA GINTINGS.

“Tenang aja kau. Bu Mega (Megawati) sudah menghubungi Abang tadi, memberi arahan mengenai sikap PDIP” jawab SUTRADARA.

“Sikapnya PDIP nanti apa, Bang ?” tanya Mega Simarmata.

“Tunggu aja, nanti Abang kau ini akan bertanya dulu kepada Calon Panglima TNI” jawab SUTRADARA GINTINGS.

Dan setahu saya, anggota Komisi I DPR-RI kalau bertanya sangat tajam dan “vokal” sekali, terutama SUTRADARA GINTINGS. Saat itu saya ikut memantau jalannya FIT AND PROPER TEST CALON PANGLIMA TNI dengan kandidat tunggal yaitu Marsekal Djoko Suyanto.

Sutradara Gintings

Sutradara Gintings

Saat SUTRADARA GINTINGS bertanya, sapaan atau cara SUTRADARA GINTINGS memanggil Calon Panglima TNI adalah seperti ini, “SAUDARA MARSEKAL ….”. Jadi setiap kali SUTRADARA GINTINGS bertanya, pasti menggunakan kalimat “SAUDARA MARSEKAL ….”.

Yang membuat saya terharu adalah semuja pertanyaan memang sangat “tajam” tetapi tidak ada yang sengaja dibuat-buat untuk menghambat atau menjatuhkan Marsekal Djoko Suyanto. Ketika itu, seluruh FRAKSI memberikan persetujuan kepada pencalonan Marsekal Djoko Suyanto sebagai PANGLIMA TNI.

Kecuali PDI Perjuangan ! Sikap PDI Perjuangan itu disampaikan oleh SUTRADARA GINTINGS.

Dan, simaklah bagaimana gaya politik yang sangat “elegan” dari PDI Perjuangan. Mereka tidak memboikot, tidak memberikan persetujuan tetapi sekaligus juga TIDAK MENOLAK.

Ini keputusan politik yang sangat bijaksana dari seorang Megawati Soekarnoputri. Ia tidak menjatuhkan Marsekal Djoko Suyanto.

PDIP

PDIP

Bayangkan kalau ketika itu seorang CALON PANGLIMA TNI mendapatkan suara penolakan dari sebuah Fraksi yang datang dari partai politik besar. Walaupun Jenderal Ryamizard Ryacudu diperlakukan sangat tidak “adil” karena digantung nasibnya selama kurang lebih 1,5 tahun, naiknya Marsekal Djoko Suyanto diberi jalan dan kemudahan.

Artinya, persetujuan kepada Marsekal Djoko Suyanto dari Komisi I DPR-RI tidak bercacat cela. Kalau saja misalkan pada waktu itu, Fraksi PDI Perjuangan memboikot atau menolak maka naiknya Marsekal Djoko Suyanto menjadi “tidak sempurna”.

Saya ingat, setelah usai FIT AND PROPER TEST terhadap Calon Panglima TNI, saya menghampiri lagi SUTRADARA GINTINGS.

“Mantap kali pertanyaan itu Bang … SAUDARA MARSEKAL, bisakah SAUDARA MARSEKAL jelaskan kepada saya ….” kata Mega Simarmata meniru gaya SUTRADARA GINTINGS bertanya kepada Marsekal Djoko Suyanto.

SUTRADARA GINTINGS tertawa terbahak-bahak mendengar guyonan saya.

Inilah kenangan yang begitu melekat di pikiran saya sampai saat ini. Setahu saya, SUTRADARA GINTINGS memang termasuk yang sangat dipercayai oleh Ibu Megawati Soekarnoputri.

Dan ada 2 Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan yang juga “sangat sering” diomelin oleh Ibu Megawati karena kebiasaan merokok mereka yang berlebihan. Keduanya adalah SUTRADARA GINTINGS dan TRIMEDYA PANJAITAN.

Sehingga tidak heran, Trimedya Panjaitan tidak akan pernah berani merokok seharian jika sedang melakukan RDP dengan Pejabat Pemerintah yang terkait dengan Komisi III.

“Aku takut dimarahi sama Bu Mega, sebab cuma dengan mendengar suaraku saja kalau bicara di MIC, Ibu bisa tahu apakah aku merokok atau tidak. Kan kedengaran di televisi pas beritanya ditayangkan,” kata Trimedya Panjaitan dalam sebuah kesempatan kepada Mega Simarmata.

Kabar tentang wafatnya SUTRADARA GINTINGS sangat memukul perasaan kami. Beliau adalah “guru” yang ikut membentuk sikap kritis dan keberanian dalam mempertahankan prinsip kebenaran.

Setiap kali bertemu di sela-sela kegiatan rapat di DPR-RI, terutama sejak berdirinya KATAKAMI.COM, SUTRADARA GINTINGS terus memberikan dukungan moril yang besar.

“Meg, mantap kali tulisan-tulisan kalian itu. Teruskan Meg. Abang dukung” begitu biasanya SUTRADARA GINTINGS memberikan motivasi. Bahkan ia juga ikut prihatin saat KATAKAMI terus mendapatkan aksi pengrusakan terkait pemberitaan seputar BANDAR NARKOBA LIEM PIEK KIONG alias MONAS yang patut dapat diduga sudah 3 kali dilloloskan dari JERAT HUKUM oleh bekingnya oknum dari kalangan internal POLRI.

Indonesia kehilangan seorang putra terbaiknya. Kehilangan seorang politisi yang tak sepanjang hidupnya tak pernah “kehilangan” hati nurani yang sangat gigih memperjuangkan kepentingan rakyat.

Indonesia kehilangan seorang putra terbaiknya, yang bernama SUTRADARA GINTINGS. Ia politisi yang berwibawa, berkharisma dan memiliki tingkat kecerdasan yang sangat membanggakan. Ia guru kehidupan yang mengajarkan jiwa pemberani untuk teguh mempertahankan prinsip kebenaran.

Ada rasa “missing”. Ada rasa kehilangan seorang abang dan seorang guru yang sangat membanggakan.

SUTRADARA GINTINGS mengakhiri perjalanan panjangnya didalam kehidupan ini, persis di akhir masa tugas anggota DPR-RI periode 2004-2009. Ia begitu menghargai sosok Megawati Soekarnoputri dan ia sudah membuktikan kepada seorang Megawati selama kurun waktu hampir 5 tahun ini bahwa sebagai seorang KADER, SUTRADARA GINTINGS adalah kader yang sangat membanggakan. Membanggakan Ketua Umumnya. Membanggakan Partai Politiknya. Membanggakan keluarganya.

Sutradara Gintings

Dan, yang terutama adalah, SUTRADARA GINTINGS juga membuat INDONESIA berbangga hati karena pernah memiliki putra terbaik yang totalitas hidupnya adalah melakukan apapun juga dengan hasil yang terbaik juga.

“Terimalah seluruh hormat dan penghargaan kami, BANG GINTINGS !

Terimakasih telah menjadi guru dan abang yang baik”.

(MS)