Minggu, Juni 21, 2009

Ketika Negeriku Di Persimpangan Jalan, Ingin Berdemokrasi Seperti AMERIKA, ISRAEL, Atau IRAN ?

Jakarta 21/6/2009 (KATAKAMI) Hanya tinggal menghitung waktu, rakyat Indonesia akan menghadapi PESTA DEMOKRASI lima tahunan berikutnya yaitu Pemilihan Umum Pemilihan Presiden atau yang lebih dikenal dengan istilah PEMILU PILRES.

Dan kalau diperhatikan, GELIAT POLITIK dari masing-masing Capres dan Cawapres sudah sangat dinamis. Bagus-bagus saja dan memang harus demikian yang mereka lakukan. Komunikasikan kepada rakyat, visi dan misi yang akan dilakukan bila kelak terpilih sebagai Duet Kepemimpinan Nasional periode 5 tahun mendatang.

POLRI dan TNI juga diharapkan bisa melaksanakan dan membuktikan NETRALITAS mereka dalam Pemilu Pilpres. Jangan korbankan “masa depan” institusi. Belum tentu, yang mau dipaksakan menang karena kebetulan saat ini masih berkuasa, bisa menang kembali.

Jadi, perhatikan atau cermati betul-betul “arah angin” perpolitikan di negeri ini. Jangan sampai, kehilangan muka dan jabatan. Sudah mati-matian mengamankan atau memaksakan kemenangan seseorang atau sepasang kandidat, ternyata nanti KEOK.

Bahaya itu !

Kalau menurut istilah tokoh dalam film NAGABONAR, “Apa Kata Dunia ?”. Jadi, semua perangkat keamanan dan aparat penegak hukum harus pintar menempatkan diri dan yang terbaik untuk dilakukan adalah BERPIHAKLAH KEPADA RAKYAT INDONESIA secara keseluruhan.

Dari tiga pasangan Capres – Cawapres yang akan maju dalam Pemilu Pilpres, kami sungguh tertarik dan sangat terpukau pada gaya politik pasangan JK – Wiranto dan Megawati – Prabowo. Kedua pasangan ini, saling bahu membahu dan cantik sekali “MENJUAL” diri mereka.

Kehebatan tim sukses dalam “MENJUAL” para jagoan mereka, diuji menjelang Pemilu Pilpres 2009 ini.

Dan kami sungguh terkesan terhadap berbagai iklan politik dari pasangan JK – Wiranto misalnya. Inovatif dan mudah dicerna. Menggelitik dan simpatik. Semoga semua iklan-iklan politik itu tidak jadi mubazir dan hanya memperkaya media massa yang dituju.

Dan kalau mau jujur sebenarnya, jauh lebih baik bila beriklan di media cetak. Agar, rakyat mengingat dan jelas membaca visi dan misi dari masing-masing kandidat. Tidak usah memasang iklan yang terlalu muluk-muluk memuji dan menepuk-nepuk dada tanda kesombongan tentang keberhasilan disana-sini. Sebab, rakyat akan menilainya sendiri.

Misalnya, inilah pemerintahan yang bersih dari korupsi. LANJUTKAN !

Apa yang dilanjutkan ?

Era kepemimpinan 5 tahun terakhir ini menjadi sangat “terjun bebas” ke bawah pasca ditangkapnya Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) non aktif, Antasari Azhar.

Mengapa ?

Ya, karena patut dapat diduga dibalik kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen itu terdapat begitu banyak kasus-kasus pemerasan. Dan, patut dapat diduga — menurut SUMBER KATAKAMI yang sangat amat dapat dipercaya — sedikitnya ada 5 orang Menteri yang menjadi korban “PEMERASAN” agar kasus korupsi mereka di Departemen masing-masing tidak diproses di KPK.

Apa fakta atau pertimbangan yang mau dibanggakan soal “pemerintahan yang bersih dari korupsi” kalau ternyata patut dapat diduga sejumlah MENTERI nyaris terseret dan terlempar ke dalam penjara. Sehingga, itulah sebabnya mereka — para menteri yang diperas ini — patut dapat diduga mau mau saja menyerahkan uang sogokan agar KPK tidak memproses kasus kourpsi mereka.

Hati-hati kalau berbicara dan membanggakan diri !

Kita semua, terutama seluruh warga dunia — sudah menyaksikan bagaimana indah dan suksesnya proses demokratisasi di AMERIKA SERIKAT. Ada pesona politik yang harusnya dipelajari dan menjadi HIKMAH tersendiri bagi negara-negara lain yang juga menjalankan proses demokratisasi.

Mundurnya Hillary Rodham Clinton untuk memberikan “jalan mulus” bagi Barack Hussein Obama melangkah ke panggung pertarungan yang sangat berat melawan kandidat CAPRES John McCain.

Lalu, cara Barack Hussein Obama merangkul kembali Hillary Rodham Clinton, pasca kemenangannya menyingkirkan Pak Tua McCain. Hillary, perempuan yang sangat cerdas dan memiliki senyum yang menawan ini, akhirnya menjadi ujung tombak yang gesit bagi Kabinet Obama sebagai MENTERI LUAR NEGERI.

Walau Indonesia tidak memiliki hubungan diplomati dengan ISRAEL, tapi mari kami ajak anda melihat proses demokratisasi disana baru-baru ini.

Tidak ada demontrasi yang berdarah-darah atau yang mengorbankan nyawa rakyatnya sendiri. Benjamin Netanyahu, naik sebagai Perdana Menteri secara terhormat dan tidak harus dibayar dengan nyawa rakyat Israel.

Bandingkan dengan proses demokratisasi di IRAN !

IRAN, menjadi cemoohan dan sangat ditertawakan semua negara di muka bumi ini. Bagaimana tidak dicemooh dan ditertawakan !

Bayangkan, dan hitunglah, berapa korban tewas yang dihajar dan mati sia-sia hanya karena rakyat di Iran merasa “HAK SUARA” mereka raib entah kemana.

Itulah juga yang sempat terjadi di INDONESIA pada Pemilu Legislatif 2009.

Bedanya, 20 JUTA rakyat Indonesia yang tidak bisa memilih, tidak turun ke jalan berdemonstrasi dan cakar-cakaran secara sadis. Padahal, jauh lebih besar jumlah pemilih yang patut dapat diduga dirampas dan ditindas hak suaranya di Indonesia ini agar tidak bisa memilih pada Pemilu Legislatif 2009 lalu !

Ternyata sama saja, mau negara manapun — sepanjang untuk mencaplok kemenangan yang menggiurkan — rakyat sendiri bisa dikorbankan.

Kini, saatnya INDONESIA memilih dalam pesta demokrasi yang bermartabat !

Janganlah lagi diulangi praktek-praktek kecurangan yang sangat menjijikkan. Janganlah lagi dikorbankan hak suara rakyat Indonesia. Janganlah lagi dipaksakan aparat-aparat yang membanggakan di republik ini, untuk hanya BERPIHAK pada sebuah golongan saja.

Hormati hak politik rakyat Indonesia.

Dan negeri yang sama-sama kita cintai ini, kini berada di persimpangan jalan. Ingin berdemokrasi seperti AMERIKA SERIKAT, ISRAEL, atau IRAN ?

Buktikanlah, semua kandidat pada Pemilu Pilpres 2009, siap menang dan siap kalah !

Bukan justru, siap menyikut, siap membunuh, siap menghancurkan dan siap mencampakkan nilai-nilai demokrasi ke dasar jurang kematian yang memilukan.

Jangan ada tumbal-tumbal nyawa di negeri yang kita cintai ini. Jangan ada pergerakan-pergerakan yang memang tak bisa dilihat secara “kasat mata”.

Jangan ada pemaksaan kehendak dan penindasan terhadap hak suara rakyat. Jika memang ada yang ingin menang — semua kandidat pasti ingin menang — raihlah kemenangan itu dengan cara-cara yang terhormat dan sesuai dengan ajaran agama !

Untuk Indonesia Yang Lebih Baik, yang dibutuhkan oleh rakyat adalah pemimpin yang berahklak mulia, dan bukan pemimpin yang giginya bertaring dua bagaikan vampir.

Kan asyik, kalau Indonesia bisa punya pemimpin yang terpilih secara demokratis dan terhormat, seperti Obama misalnya.

Pemimpin muda yang sangat cerdas, orator yang ulung, tegas dan berkharisma (ganteng pula).

Dan, yang perlu diingat, Amerika kini punya Presiden yang tidak pernah menawan, menawan, memfitnah atau memenjarakan wartawan / wartawati yang tidak bersalah dengan dalih yang sangat manipulatif.

Beda dengan ….. (seorang pemimpin yang sedang kalang kabut menenangkan dan mengendalikan situasi keamanan nasional di negaranya pasca Pemilihan Umum Presiden). Alamak, barangkali inilah yang namanya karma. Berperilaku buruk pada seorang jurnalis yang tidak bersalah.

Alamak !

(MS)